Apakah semua ilmuwan menggunakan metode ilmiah sesuai dengan tujuannya?
Sabtu, 16 Oktober 2010 by SEKAR ARUM W.Z in

Saat uji praktek pelajaran sains,pak guru atau bu guru mengatakan kalau penulisan laporan pada metode ilmiah harus sesuai dengan hasil yang kita praktekan atau kerjakan.Dan jika sedang menggunakan metode ilmiah sikap kita harus jujur,disiplin,tanggung jawab,rasa ingin tahu,bekerjasama ,berpikir kritis,peduli pada lingkungan,santun dalam beragumentasi,objektif,berani mengungkapkan pendapat,serta tekun dan sabar.Terlintas dipikiran ku apakah semua ilmuwan menggunakan metode ilmiah sesuai tujuan dengan menerapkan sikap-sikap di atas?atau hanya teori saja?Setelah membaca beberapa buku ternyata Pada prinsipnya,metode ilmiah dibuat untuk menghindari subjektivitas dalam suatu eksperimen.Akan tetapi,ilmuwan yang bekerja di industri sering memanipulasi data sedemikian agar hasil penelitiannya mendukung produk industri tersebut.Sebagai contoh,perusahaan rokok secara teratur mengeluarkan pernyataan bahwa merokok tidak berbahaya.Demikian pula perusahaan farmasi yang menyatakan bahwa produk mereka tidak membahayakan atau mempunyai efek samping.Hal ini tentunya menyimpang dari tujuan penggunaan metode ilmiah.Untuk mengatasi hal ini,pemerintah telah mengeluarkan aturan periklanan khusus seperti pencantuman bahaya merokok atau efek samping pada kemasan produk.Dan tak usah kuatir,masih banyak kok ilmuwan yang menggunakan metode ilmiah sesuai tujuannya.Dan sebagai pelajar kita harus menerapkan sikap-sikap dalam metode ilmiah untuk melaksanakan ujian praktek,lagi pula nggak ada ruginya kan?kalau memanipulasi data hanya karena ingin mendapatkan nilai tinggi,gimana nasib indonesia kedepannya?

Mengapa marah baik bagi kesehatan???
Rabu, 13 Oktober 2010 by SEKAR ARUM W.Z in

Vivanews-Melepas amarah ternyata lebih baik untuk kesehatan mental dibanding dengan memendam emosi dalam hati saja.sebab,ekspresi kemarahan dapat meningkatkan aliran darah ke bagian otak yang berkaitan dengan perasaan kebahagiaan.
Sebuah penelitian telah menguji 30 orang untuk menemukan apa yang terjadi selama proses luapan emosi terjadi,mereka diminta menulis perasaan masing-masing yang menimbulkan kemarahan.Kalimat amarah yang di tulis responden makin lama makin intens.Kemarahan dimulai dari penyesalan karena tidak ada perubahan yang lebih baik hingga diri yang dikuasai kebencian.
Kemudian laboratorium menguji denyut jantung,tekanan darah,dan tingkat dua hormon stres yakni testoteron dan kortisol.Di awal dan akhir percobaan otak peserta diperiksa.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal "Hormones and Behaviour" menunjukan otak kiri berpengaruh saat orang marah.Dr Neus Herrero,dari universitas Valencia Spanyol mengatakan bahwa wilayah frontal otak kiri terlibat dalam mengalami emosi positif,sedangkan kanan lebih berkaitan denga emosi negatif.
"Amarah mendorong perubahan besar dalam tubuh manusia yang dikendalikan jantung dan hormon,"katanya seperti yang dikutip dari laman telegraph.
"Saat kita marah,akan terjadi perubahan dalam aktivitas otak terutama di lobus frontal dan temporal.Hormon stres kortisol juga menurun."ujarnya.
Akan tetapi,studi tersebut juga menemukan bahwa rasa marah memiliki efek negatif yang bisa menimbulkan kerusakan serius pada tubuh.Degup jantung dan tekanan darah meningkat saat marah,walaupun hormon stres kortisol menurun selama marah,namun hormon testoteron justru meningkat.